Rabu, 02 November 2011

drama tari topeng

Topeng secara arti kata adalah suatu benda penutup maka yang dibuat dari kayu, kertas, kain dan bahan lainnya bentuknya bermacam-macam dari yang berbentuk Dewa-Dewa, Manusia, binatang dan lain-lainnya. Di Bali topeng dipakai menyebutkan suatu bentuk drama tari yang semua pelakunya menggunakan topeng dengan ceritra yang bersumber pada ceritra sejarah maupun babad-babad.

Jenis-jenis Topeng yang ada di Bali adalah
Topeng Pajegan : topeng yang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang terdapat di dalam topeng. Di dalam Topeng Pajegan ada sebuah topeng yang mutlak harus ada yakni topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng pajegan ini dengan upacara keagamaan maka topeng inipun disebut topeng Wali.

Topeng Panca : Drama tari topeng yang ditarikan oleh 5 (lima) orang penari. Topeng ini timbul di Denpasar sekitar tahun 1915.

Topeng Prembon : Dramatari topeng yang sudah dikombinasikan dengan unsur drama tari Bali lainnya ( biasanya dari arja ) namun strukturnya patopengannya masih tetap dominan.

Baik topeng Pajegan, topeng Panca, maupun topeng Prembon biasanya diiringi dengan gambelan gong. Adapun peran-peran yang biasa ditampilkan dalam Dramatari topeng adalah Topeng Keras, Topeng Tua ( keduanya berfungsi sebagai pengelembar) Penasar, Topeng Arsawijaya (dalem), Patih dan Bebondressan.

Penulis : Ni Made Putri, SSos


DAFTAR SENI & BUDAYA
-   RIBUAN SISWA SMA SE-DENPASAR DEKLARASIKAN KEBANGKITAN BUDAYA BALI
-   SEMANGAT EMANSIPASI DORONG BENTUK SEKAA GONG
-   SEMANGAT DAN JENGAH MEMBUAT MANDIRI
-   LESTARIKAN WARISAN LELUHUR LEWAT KESENIAN
-   KETERBATASAN SARANA BUKAN PENGHAMBAT
-   KECINTAAN PADA BUDAYA TRADISI MEMBUAT TETAP EKSIS
-   WUJUDKAN DENPASAR KOTA BERWAWASAN BUDAYA
-   SEMANGAT JENGAH MELESTARIKAN BUDAYA
-   MAHA BANDANA PRASADA PUPUTAN BADUNG 2008
-   SEMANGAT NGATURANG YADNYA KESENIAN MENJADI MOTIVASI
-   PROFIL SEKAA GONG : SEKAA GONG KEL. UBUNG VS SIDHA NADA MERDANGGA DESA SIDAKARYA
-   CERITRA UNTUK TARI LEGONG YAITU TARI KUNTIR
-   TARI BARONG
-   DRAMA TARI WAYANG WONG
-   TARI BARIS
-   TARI JANGGER
-   MED - MEDAN
-   PARADE OGOH OGOH
-   TARI GAMBUH
-   SENDRATARI RAJAPALA
-   TARI REJANG
-   DRAMA TARI ARJA
-   TARI LEGONG KERATON
-   TARI SANGHYANG
-   SENIMAN YANG MENDAPAT PENGHARGAAN DI KOTA DENPASAR
-   DENPASAR BORONG JUARA PKB BUSANA
-   Filosofi Air dan Tirtha
-   Kenali Dan Kembangan Kebudayaan Daerah Untuk Kejayaan Kebudayaan Indonesia
-   Pesta Kesenian Bali (PKB) Kewanitaan Kota Denpasar berlangsung semarak
-   Tari Jempiring merupakan salah satu tarian khas Kota Denpasar
-   Seni Budaya Rohnya Bali dan Penopang Agama

Rabu, 12 Oktober 2011

Tari Topeng Cirebon

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Tari Topeng Panji
Tari Topeng Cirebon, kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu dan Jatibarang. Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.
Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng.
Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya.
Salah satu maestro tari topeng adalah Mimi Rasinah, yang aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, Indramayu. Sejak tahun 2006 Mimi Rasinah menderita lumpuh, namun ia masih tetap bersemangat untuk berpentas, menari dan mengajarkan tari topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 pada usia 80 tahun.

sejarah topeng cirebon

Sejarah Topeng Cirebon

Menulis tentang keberadaan seni Tari Topeng Cirebon dengan kaitannya di dalam Keraton Cirebon, maka tidak bisa lepas dari perjalanan sejarah berdirinya Penguasa Islam di daerah pesisir ini.

Pada saat berkuasanya Sunan Gunung Jati sebagai Pimpinan Islam di Cirebon, maka datanglah percobaan untuk meruntuhkan kekuasaan Cirebon di Jawa Barat. Tokoh pelakunya adalah Pangeran Welang dari daerah Karawang. Tokoh ini ternyata sangat sakti dan memiliki pusaka sebuah pedang bernama Curug Sewu. Penguasa Cirebon beserta para pendukungnya tidak ada yang bisa menandingi kesaktian Pangeran Welang. dalam keadaan kritis maka diputuskan bahwa utnuk menghadapi musuh yang demikian saktinya harus dihadapi dengan diplomasi kesenian. Setelah disepakati bersama antara Sunan Gunung Jati, Pangeran Cakrabuana dan Sunan Kalijaga maka terbentuklah team kesenian dengan penari yang sangat cantik yaitu Nyi Mas Gandasari dengan syarat penarinya memakai kedok/topeng.

Mulailah team kesenian ini mengadakan pertunjukan ke setiap tempat seperti lazimnya sekarang disebut ngamen. dalam waktu singkat team kesenian ini menjadi terkenal sehinga Pangeran Walang pun penasaran dan tertarik untuk menontonnya. Setelah pangeran Walang menyaksikan sendiri kebolehan sang penari, seketika itu pula dia jatuh cinta, Nyi Mas Gandasari pun berpura – pura menyambut cintanya dan pada Saat Pangeran Walang melamar maka Nyi Mas Gandasari minta dilamar dengan Pedang Curug Sewu. Pangeran Walang tanpa pikir panjang menyerahkan pedang pusaka tersebut bersamaan dengan itu maka hilang semua kesaktian Pangeran Walang.

Dalam keadaan lemah lunglai tidak berdaya Pangeran Walang menyerah total kepada sang penari Nyi Mas gandasari dan memohon ampun kepada Sunan Gunung Jati agar tidak dibunuh. Sunan Gunung Jati memberi ampun dengan syarat harus memeluk agama Islam. Setelah memeluk agama Islam Pangeran Walang dijadikan petugas pemungut cukai dan dia berganti nama menjadi Pangeran Graksan. Sedangkan para pengikut Pangeran Walang yang tidak mau memeluk agama Islam tetapi ingin tinggal di Cirebon, oleh Sunan Gunung Jati diperintahkan untuk menjaga keraton – keraton Cirebon dan sekitarnya.

( Cerita ini diambil dari buku Babad Cirebon Carang Satus dan pernah dipentaskan melalui pagelaran Wayang Golek Cepak oleh Dalang Aliwijaya di Keraton Kacirebonan Cirebon ).

Melihat keberhasilan misi kesenian topeng bisa dijadikan penangkal serangan dari kekuatan – kekuatan jahat maka pihak penguasa Cirebon menerapkan kesenian topeng ini untuk meruat suati daerah yang dianggap angker. Dan kelanjutannya kesenian topeng ini masih digunakan di desa – desa untuk upacara ngunjung, nadran, sedekah bumi dan lain – lainnya.

Setelah masyarakat menerima tradisi meruat itu, di samping harus ada pagelaran wayang kulit juga harus menampilkan tari topeng, maka tumbuh suburlah penari – penari topeng di Cirebon. Namun yang mula – mula menarikan tari topeng ini kebanyakan para dalang wayang kulit yang sebelum pentas wayang, pada siang hari sang dalang harus menari topeng terlebih dahulu. Oleh karenanya para dalang wayang kulit yang lahir sebelum tahun 1930 diwajubkan untuk mendalami tari topeng terlebih dahulu sebelum menjadi dalang wayang kulit. Dalam hubungannya pihak keraton selalu melibatkan kesenian untuk media dakwah dalam penyebaran agama Islam, dan pihak keraton memberikan nama Ki Ngabei untuk seniman yang juga berdakwah.

Kesenian tari topeng Cirebon menjalankan sisi dakwah keagamaan dengan berpijak kepada tata cara mendalami Islam di Cirebon yang mempunyai 4 (empat) tingkatan yang biasa disebut : Sareat, Tarekat, Hakekat dan Ma’ripat.